TEMATIKKELAS 2 TEMA 3 SUBTEMA 2 PEMBELAJARAN 5 "BERMAIN SEPAK BOLA" - YouTube. alur cerita"dari penjual es menjadi pemain bola"kelas x - Evan Dimas Cerita Pengalaman di Spanyol dan Pengaruh Iniesta Halaman all - Kompas.com Cerpen: Sepak Bola. Cerita Welber, Bakat Muda Indonesia yang Cari Peruntungan di Brasil - INDOSPORT.

Cerita anak - Gara-gara Sepak Bola - Penulis Cilik Cerita Paling Mengharukan di Dunia Sepakbola Okezone Bola 3 Cerita Unik di Dunia Sepak Bola yang Selama Ini Tak Terungkap ke Publik - Dunia Apa Alasan yang Membuat Sepak Bola Jadi Olahraga Populer di Dunia? - Semua Halaman - Bobo TEMATIK KELAS 2 TEMA 3 SUBTEMA 2 PEMBELAJARAN 5 “BERMAIN SEPAK BOLA” - YouTube alur cerita"dari penjual es menjadi pemain bola"kelas x​ - Jejak Sepakbola dalam Media 5 Cerita di Sepakbola yang Bisa Diangkat Menjadi Film, Nomor 1 Paling Menyentuh Okezone Bola Cerita Sepakbola dari Negeri Dunia Keempat Jual Buku It’s Injury Time - 150 Inspirasi Hidup Dari Keseharian Kita Dan Sepak Bola oleh Angryanto Rachdyatmaka - Gramedia Digital Indonesia Cerita Seru Pemain Sepak Bola - MADING SDIT ARJ Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut - Cerita Kaka Saat Menjadi Penyuplai Bola untuk Ronaldo cs Republika Online Cerita Anak Lucu Tentang Sepak Bola for Android - APK Download CERITA BOLA Jadi Saksi Kick-off Sepak Bola Indonesia Era Corona, Obat Kangen Nonton Timnas Indonesia - Indonesia Bagikan Cerita Unik Soal Tarkam dan Raih Hadiah Menarik Bola Kita - Egy Maulana Vikri cerita atmonsfer sepak bola Indonesia lebih ngeri - ANTARA News Cerita Perjuangan Kiper Persija Ini dari Pemain Futsal ke Sepak Bola Cerita Saya dengan Sepak Bola Indonesia Halaman 1 - Euro 2020 Cerita Dejan Kulusevski 2 Kali Bilang Sepak Bola Itu Kejam’ - Sport Sepenggal cerita dari Kejuaraan Sepak Bola Pelajar Asia 2019 - ANTARA News Seorang Mafia yang Menjadi Pelatih sepak bola alur cerita film India B1G1L 2019 - YouTube Cerita Suka Duka Menjadi Seorang Panpel Pertandingan Sepak Bola - INDOSPORT Esensi - Buku Cerita Anak / Seri Pengenalan Profesi Aku Ingin Menjadi pemain Sepak Bola Shopee Indonesia Cerita Joshua Kimmich soal Ronaldo, Messi, dan Xavi Cerita Sedih Wasit Sepak Bola Tak Ada Job Saat Pandemi Covid-19 - Cerita Leonard Tupamahu Bersyukur Jadi Bocil 90-an dan Perkenalannya dengan Sepak Bola - Indonesia Indonesia VS Thailand, dan cerita sepak bola gajah’ Buku Seri Olah Raga Anak Sepak Bola Toko Buku Online - Bukukita Cerita Anak Gawang di Balik Trik Sepak Pojok Liverpool Cerita Perjuangan Pemain Sepak Bola Melawan Virus Corona 2-Habis Cerita sepak bola - Home Facebook 5 Cerita Paling Menyenangkan di Dunia Sepak Bola - Bola Cerita Thierry Henry Soal Kemampuan Messi Republika Online Cerita Pemain Persebaya untuk Sembuh dari Virus Corona Cerita Arsenal Nyantri di Pesantren Sepak Bola Pati Cerita Puasa Pemain Bola Cara Mo Salah dan Mesut Ozil Sambut Ramadan - Sport Hiasi Laman FIFA, Evan Dimas Cerita Pengalaman di Spanyol dan Pengaruh Iniesta Halaman all - 5 Cerita di Balik Selebrasi Pemain Sepak Bola yang Mengesankan Cerita Lionel Messi, Peninggi Badan dan Museum San Diego Hall of Champions - Bola Witan Sulaeman, Winger Termuda Timnas Indonesia, Cerita Peran Ayah di Sepak Bola LINE TODAY Cerita Penyerang Timnas U-19 Kenal Sepak Bola dari Sang Ayah Bola17an Pengalaman Pertama dan Terakhir Menikmati Sepakbola di 17 Agustusan Pandit Football Indonesia VIDEO Cerita Cristian Gonzales Belajar Jadi Pelatih Sepak Bola - Indonesia Seri Cerita Pengetahuan Mengenal Sepak Bola, Bola Voli & Bola Basket Shopee Indonesia Ronaldinho dan Cerita-cerita Magisnya Cerita Nurhidayat, dari Hobi Main Bola Jadi Kapten Timnas U-19 Cerita Haaland Bikin Keki Lawan, Disebut Tak Berkelas Cerita Asnawi Mangkualam Tentang Sepak Bola dan Masa Kecil di Kampung - Cerita Bek Bali United Main dan Diajari Legenda Sepak Bola Bali Cerita di Balik Saling Ejek Bono dan Haaland Akhirnya Terungkap Cerita Eks Striker PSIM, Putuskan Berkarier dan Dapat Respek di Taiwan - INDOSPORT Kangen Nonton Bola? Tonton Cerita Pemain Legendaris dan Klub Sepak Bola Favorit di Netflix EKSKLUSIF Cerita Gavin tentang Sepak Bola Eropa dan Harapan di Timnas Cerita sepak bola - Home Facebook Saat Puasa Tetap Tanding Sepak Bola, Begini Ceritanya dari Tiga Klub Serie A Italia Review Buku Mencintai Sepakbola Indonesia Meski Kusut’ - SUARA SIKAP Suara Akar Mahasiswa Cerita Kiper Timnas Wanita Indonesia Tak Sangka Bakal Dipanggil Bela Negara - Ayo Bandung Cerita Pemain Leeds saat Merasa Mual di Laga Kontra the Reds Republika Online 7 Cerita Masa Kecil Ansu Fati di Sevilla Sebelum Direkrut Barcelona - Bola Cerpen Sepak Bola Cerita Welber, Bakat Muda Indonesia yang Cari Peruntungan di Brasil - INDOSPORT Buku Cerita Anak - Franklin - Bermain Sepak Bola - Paulette Bourgeois & Brenda Clark Shopee Indonesia Cerita Pemain Bali United Tak Makan Nasi Sebulan demi Sepatu Sepak Bola - 5 Cerita Aneh di Detik-Detik Penutupan Bursa Transfer, Nomor 1 Dibawa Nyasar Helikopter Okezone Bola Cerita Unik Pembaca Soal Tarkam Petaruh Jadi Kiper Dadakan Cerita Pemain Muda Nice Mencuri Jam Mewah Rekan Setim di Kamar Ganti - Dunia Cerita Pembangkangan Kepa Arrizabalaga di Final Piala Liga 2019 Cerita Sepak Bola – V for Veritas, M for Melle ada yabg bisa membuat cerita diatas menjadi puisi - Cerita Sepatu Bola Pertama dan Sosok Pahlawan Febri Hariyadi CERITA Pemain Muda Madura United Kepincut Jadi Pesepak Bola Profesional - Cerita Kaskuser Mengidolakan Cristiano Ronaldo, Zulfikar Giat Berlatih Sepak Bola KAPTEN - KASKUS Sportainment Cerita Kembalinya Sepak Bola Indonesia 😎 Liverpool Catat Rekor Memalukan 😂 PSS Pemain Baru Lagi - YouTube Cerita Bek Bali United Lawan Fajar Alfian di Arena Bulu Tangkis - Cerita tentang Klub-klub Bola Marjinal Ibu Kota Sejarah Sepak Bola Cerita Inspiratif Dibalik 5 Nama Pemain Sepakbola besar Liga Olahraga Kumpulan Cerita Pilihan Perempuan dan Sepakbola Pandit Football Indonesia 5 Cerita Ayah dan Anak Bermain Satu Lapangan - Bola Cerita Imran Nahumarury Ketika Persija dan Persib Berjumpa Republika Online Niall Horan Cerita Soal Hobi Sepak Bola Bagian 1 - CewekBanget Cerita Thoriq Alkatiri, Wasit Sepak Bola Lisensi FIFA yang Terlibat di PON XX Papua 2021 - Cerita Fahmi, bocah Waduk Pluit yang bertekad ingin jadi CR7 Cerita Jadon Sancho yang Nyaris Gagal Jadi Pemain Sepakbola Liga Olahraga Cerita Pemain yang Pernah Atau Bisa Membela Dua Negara Cerita Unik Desa Tulehu, Kampung Kecil yang Menghasilkan Pemain-Pemain Sepak Bola Berkualitas Bagikan Cerita Unik Soal Tarkam dan Raih Hadiah Menarik News - Cerita Bola CERITA BOLA Seni Bersilat Lidah, Racun Sekaligus Obat Ketawa Mujarab di Masa Pandemi Bernama Fantasy Premier League LINE TODAY Cerita tentang Desa yang Tidak Memiliki Lapangan Sepak Bola – Terminal Mojok Siap Grak! Liga Inggris Cerita Aaron Wan-Bissaka Hampir Tinggalkan Sepak Bola Jual Buku cerita Franklin Bermain sepak bola, terbitan PT Kanisius - Kota Bekasi - panjitower55 Tokopedia Kasus Daniel Sturridge dan Cerita Judi Sepak Bola di Liga Inggris - Sport Cerita Rizky Ridho Tampil Rapi Saat Main Sepakbola Layaknya Anak Sekolahan Beragam Cerita Unik di Sepak Bola Indonesia Tarkam Ratusan Juta hingga Ditangkap Polisi Saat Bertanding Sepenggal Cerita Kompetisi Perserikatan Tahun 1931 Bagian Ketiga - Apakah Sepak Bola Tinggal Cerita bagi Eriksen? Cerita Sepakbola Indonesia di Ajang Asian Games

Padabuku "Dongen Enteng ti Pasantren" karya Rahmatullah Affandi sering disingkat RAF, penulisnya mengisahkan pengalaman semasa di pesantren. Kisah tersebut ditulis dalam beberapa cerita, seperti antologi cerpen. Pada saat bulan puasa, di buku tersebut, selain mengaji sebagaimana umumnya di pesantren, ajengan menganjurkan untuk bermain sepak bola.
A. Sumber Cerita Iklan Ramadhan Mandiri. B. Unsur Intrinsik 1. Tema Raih Kemenangan Sejati dengan Keikhlasan. 2. Penokohan a. Amir Anak – anak, baik, suka menolong, suka memberi berbagi . b. Mas Andi Pemuda, baik, suka menolong, bersahaja, suka memberi, pengusaha. c. Pak Salman Orang tua, baik, suka berbagi. 3. Latar a. Kapan Sore, Malam, Pagi. b. Dimana Pasar, Jalan, Rumah, Masjid. C. Pokok – Pokok Cerita 1. Amir ingin membeli sajadah di Pasar. 2. Mas Andi melihat kesulitan yang dihadapi Amir. 3. Amir menolong Mas Andi yang dompetnya ketinggalan. 4. Amir membeli kolek di Pasar untuk berbuka puasa. 5. Amir pulang ke rumah untuk bertemu Pak Salman. 6. Amir bertemu Pak Salman di Jalan sedang takbiran. 7. Amir dan Pak Salman bertemu Mas Andi di Jalan. 8. Mas Andi memberikan sajadah kepada Amir. 9. Amir menerima sajadah yang diberikan oleh Mas Andi. 10. Amir memberikan sajadahnya kepada Pak Salman. 11. Amir dan Pak Salman menuju ke Masjid untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri. 12. Pak Salman berbagi sajadahnya dengan anaknya. 13. Amir dan Pak Salman melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid. D. Pengembangan Cerpen Raih Kemenangan Sejati dengan Keikhlasan Petang itu di Pasar ada seorang anak laki – laki yang bernama Amir. Ia ingin membeli sajadah untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri. Sambil berjalan Amir menghampiri seorang penjual sajadah. Setelah sampai dipenjual sajadah. Amir melihat – lihat dan memilih – milih sajadah, yang menurut ia bagus. Setelah ia menemukan sajadah yang bagus dan tentu ingin membelinya. Ketika ia bertanya kepada penjual sajadah. “Bang ini sajadah berapa harganya ?” ucap Amir, sambil memegang sajadah. “Harganya 35 ribu Nak,” ucap penjual sajadah. “Uangnya cuman ada 11 ribu Bang, boleh nggak?” ucap Amir, sambil memegang uangnya. “Nggak boleh, cari tempat lain saja sana !” ucap penjual sajadah. “Iya, Bang,” ucap Amir, sambil mukanya sedikit kecewa. Ketika Amir mengalami kesulitan. Ada seorang pemuda yang bernama Mas Andi. Ia adalah seorang pengusaha. Mas Andi berada di dalam mobil melihat kesulitan yang sedang dihadapi Amir. Ia pun teringat pada waktu dompetnya ketinggalan ketika hujan yang sangat deras. Kemudian Amir menolong Mas Andi yang dompetnya ketinggalan. “Aduh dompetnya ketinggalan?” ucap Mas Andi, sambil mencari – cari disaku celananya dan sambil memegang payung. “Sini Mas pinjem payungnya, biar saya saja yang mengambilkan,” ucap Amir, sambil tersenyum dan seluruh badannya basah kuyub. “Iya sudah, iya terima kasih Nak,” ucap Mas Andi, sambil memberikan payungnya kepada Amir dan sambil tersenyum pula. Ketika Mas Andi teringat dengan kejadian dompetnya ketinggalan. Ia terus memperhatikan Amir. Setelah Amir pergi dari penjual sajadah, Mas Andi langsung membeli sajadah yang diinginkan oleh Amir. Setelah Amir tidak bisa membeli sajadah, sambil berjalan ia langsung mencari penjual kolek. Tak lama berjalan, Amir menemukan penjual kolek. Ia langsung membeli kolek untuk berbuka puasa. “Bang koleknya dua, berapa harganya?” ucap Amir, sambil memegang uangnya. “Harganya satu bungkus 2 ribu, jadi dua bungkus harganya 4 ribu Nak,” ucap penjual kolek, sambil memberikan koleknya kepada Amir. “Iya sudah, ini uangnya Bang,” ucap Amir, sambil menerima kolek. Setelah Amir membeli kolek di Pasar untuk berbuka puasa. Ia berjalan menuju ke rumah untuk bertemu orang tuanya. * * * Tak terasa lama berjalan, Amir bertemu orang tuanya yang bernama Pak Salman. Pak Salman sedang takbiran di Jalanan. Amir dan Pak Salman langsung berjalan pulang menuju ke rumah. Ketika Amir dan Pak Salman sedang berjalan. Bertemu Mas Andi yang waktu itu pernah ditolongin oleh Amir, untuk mengambilkan dompetnya yang ketinggalan pada saat hujan yang sangat deras. Mas Andi memberikan sajadah yang diinginkan oleh Amir. Ketika Amir ingin membelinya tapi uangnya kurang. “Ini buat kamu, Nak ?” ucap Mas Andi, sambil memegang sajadah dan menyodorkan sajadahnya kepada Amir. “Iya, terima kasih Mas,” ucap Amir, sambil tersenyum dan menerima sajadah yang dikasih oleh Mas Andi. “Ini buat Bapak ?” ucap Amir, sambil tersenyum. “Iya, Nak,” ucap Pak Salman, sambil tersenyum pula. * * * Keesokan harinya terdengar suara takbiran “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,” suara takbiran dikumandangkan. Amir dan Pak Salman langsung menuju Masjid untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri. Setelah sampai di Masjid, Amir dan Pak Salman duduk dan Pak Salman berbagi sajadah dengan anaknya. Amir dan Pak Salman pun melaksanakan Sholat Idul Fitri dengan berjama’ah di Masjid. Cerpen"Kenangan Pada Sebuah Pertandingan" ini sendiri merupakan cerpen yang kembali mengingatkan kita, bahwa di balik sisi indah sepakbola, ada beberapa hal-hal getir dan ingatan yang menyesakkan yang selalu menolak untuk dilupakan.

Cerpen, Jawa Pos, Puspa Seruni Antara El Bicho dan Kasidah Sunday, 12 March 2023 — 0 Comments Cerpen, Endang S Sulistiya, Kedaulatan Rakyat Tak Ada Piala Dunia di Hati Rahma Monday, 16 January 2023 — 0 Comments Cerpen, Kak Ian, Radar Banyuwangi Sepatu Bola untuk Rehan Friday, 13 January 2023 — 1 Comment Cerpen, Den Setiawan, Kompas Hotel Keluarga di Tokyo Tuesday, 27 December 2022 — 0 Comments Cerpen, Mufti Wibowo, Suara Merdeka Hadiah Natal dari Buenos Aires Friday, 23 December 2022 — 0 Comments Aba Mardjani, Cerpen, Kompas Cinta Elena & Pedro Thursday, 08 December 2022 — 0 Comments Ahmad Akbar, Cerpen, Fajar Makassar Bendera Piala Dunia Saturday, 26 November 2022 — 0 Comments Cerpen, Eko Triono, Jawa Pos Sepak Cinta, Gila Bola Monday, 10 October 2022 — 0 Comments Cerpen, Kompas, Seno Gumira Ajidarma Matinya Seorang Pemain Sepakbola Saturday, 24 September 2022 — 0 Comments Aliurridha, Cerpen, Jawa Pos Cerita-Cerita Ganjil di Lapangan Sepak Bola Monday, 05 September 2022 — 0 Comments

CerpenTentang Sepak Bola. Cerpen bola monday, 5 december 2016. Hanya kerana dia tak pernah bagi ruang untuk aku menyendiri di tepi padang ni tengok orang main bola sepak. Kami bermain pada sore hari, saat matahari tidak terlalu panas. Source: kitabelajar.github.io. 27 februari 2022, 17:28:28 wib. "pulang kau, luis!" terkadang gracia
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dalam industri sepak bola dunia yang terus berkembang, tantangan yang menghadang untuk menjadi kekuatan dominan bukanlah hal yang mudah. Tapi, apakah Liga Saudi memiliki potensi untuk menjadi magnet baru dalam dunia sepak bola saat ini?Dalam pembahasan kali ini, kita akan menjelajahi keunikan Liga Saudi yang membedakannya dari liga-liga lain di Eropa maupun Amerika, dan apakah kompetisi ini berpotensi menjadi salah satu yang terbaik di itu, kita juga akan melihat apakah strategi ini menghadirkan pemain yang tidak lagi pada puncak performa mereka dapat sejalan dengan peningkatan kualitas liga. Namun, perlu juga dipertimbangkan aspek lain yang harus diperhatikan oleh Liga Saudi agar dapat bersaing dengan liga-liga lainnya, seperti kualitas wasit dan peran pelatih. Liga Saudi sedang memasuki babak baru dalam perjalanannya menuju puncak sepak bola dunia. Pertanyaannya adalah, apakah mereka dapat menjadi magnet baru dalam industri ini? Seiring dengan masuknya pemodal yang kuat dan peningkatan investasi dalam infrastruktur dan pengembangan talenta sepak bola, Liga Saudi memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap sepak bola global. Dengan memberikan tawaran menarik kepada pemain-pemain bintang dunia untuk bermain di Liga Saudi, kompetisi ini mampu menarik minat para pemain dengan janji gaji yang menggiurkan dan lingkungan kompetitif yang ini memberikan peluang bagi Liga Saudi untuk menarik pemain-pemain top yang mungkin tidak terlalu berminat untuk bermain di liga-liga Eropa atau adanya potensi untuk menjadi salah satu kompetisi sepak bola terbaik di dunia bukan hanya tergantung pada kehadiran pemain bintang. Strategi Liga Saudi untuk mendatangkan pemain yang sudah tidak berada pada puncak performa mereka mungkin dapat dilihat dari sudut pandang yang pemain tersebut tidak lagi memiliki kecepatan dan kebugaran fisik yang sama seperti dulu, pengalaman dan kebijaksanaan yang mereka miliki dapat memberikan kontribusi penting bagi tim. Begitu juga, pemain-pemain yang lebih tua juga dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi para pemain muda yang sedang berkembang di Liga Saudi. Oleh karena itu, peningkatan kualitas liga tidak hanya tergantung pada pemain individu, tetapi juga pada kemampuan tim untuk menggabungkan kekuatan individu tersebut dalam taktik dan strategi yang rangka mencapai ambisi mereka untuk menjadi salah satu kompetisi sepak bola terbaik di dunia, Liga Saudi perlu memperhatikan banyak aspek. Tidak hanya pemain bintang, tetapi juga infrastruktur, pengembangan talenta, kualitas wasit, dan peran pelatih. Dalam strategi yang tepat, investasi yang cerdas, dan komitmen yang kuat, Liga Saudi dapat membangun fondasi yang solid untuk mencapai ambisi mereka. Dapatkah Liga Saudi melambungkan reputasi industri sepak bola dunia pada level baru? Hanya waktu yang akan memberikan jawabannya. Namun, dengan dorongan yang kuat dan komitmen yang tak tergoyahkan, Liga Saudi telah membuka jalan menuju puncak sepak bola dunia yang baru dan menarik. 1 2 3 Lihat Bola Selengkapnya Tubuhsedang lincahnya untuk bermain dan berlari. Disekolah bermain galasin, dampu, benteng, batu tujuh, gundu (kelereng) juga sepak bola plastik. Menjelang bulan puasa, biasanya permainan fisik berkurang mengingat aku muslim yang sedang belajar berpuasa. Sumber gambar Aku tidak mengira kejadian itu akan membekas dan berpengaruh buruk buat pergaulanku. Aku masih berusia 12 tahun kala itu. Di Minggu sore, seperti biasa, teman-teman sepermainanku menjeputku untuk bermain sepak bola. “Anak-Anak yang lain sudah kumpul ya?” teriakku dari depan pintu rumah kepada teman-temanku yang sedari tadi memanggil namaku di depan pagar. “Sudah Gus, tinggal nunggu kamu saja!” Ardian berkata cukup keras, namun tidak seperti berteriak, mewakili kumpulan anak-anak lain tanpa diminta. “Tunggu 5 menit kalau begitu.” Setelah itu aku masuk ke rumah dan berpamitan pada ibu. Kami kemudian menuju lapangan sepak bola. Lapangan yang kami gunakan untuk bermain bola adalah halaman rumah yang luas milik tetangga di kampung. Ada dua pohon mangga berukuran cukup besar dan satu pohon mengkudu di tengah lapangan. Tetapi itu bukan masalah besar bagi anak-anak kampung seperti kami. Gawangnya berupa dua batu bata. Seseorang diantara kami mengukur gawang dengan langkah kaki agar lebar kedua gawang sama lebarnya, kemudian memberi sebuah batu bata bekas yang bisa dengan mudah ditemukan di sekitar kampung di masing-masing ujungnya. Paling-Paling bagian yang sering bikin ribut adalah ketika bola melintas tepat di atas batu bata. Anak-Anak akan berdebat apakah itu termasuk gol atau keluar. Bahkan argumen seperti berandai-andai bata itu adalah gawang, tentu bola akan mengenai tiang dan masuk pun adalah hal yang lumrah. Ketika aku, Ardian, dan 3 teman lainnya datang ke lapangan, sudah ada beberapa anak di lapangan. Salah satunya membawa bola plastik seharga Rp Tak lama kemudian, kami membagi tim. Sekalipun saat itu ada 13 anak, bukan masalah seandainya nanti tim yang terbentuk terdiri dari satu tim dengan 6 orang melawan satu tim dengan 7 orang. Kami hanya bersenang-senang bersama saja. Dan berteman baik. Jika cerdik teman berunding, jika bodoh disuruh diarah. “Agus ikut timku” pinta Andi. “Harusnya ikut timku biar imbang. Jumlah tim kaliankan sudah lebih satu orang.” Ardian tidak mau mengalah. Mereka bertengkar memperebutkanku. Hal semacam ini cukup sering terjadi mengingat aku jago bermain bola. Dan meski kami tidak pernah mempersoalkan menang atau kalah, tetapi jelas setiap anak ingin memenangkan pertandingan. Akhirnya kedua tim melakukan suit, pemenangnya akan mendapatkan aku sebagai salah satu bagian dari timnya. Ternyata Andi yang menang suit dan aku pun segera menuju ke daerahku. Tak lama kemudian, permainan pun di mulai. Jangan bandingkan permainan kami seperti sepak bola di televisi, mengingat lapangannya tidak seluas lapangan sepak bola resmi, kami tidak perlu bermain strategi. Setiap anak bebas menyerang dan bertahan. Tidak ada aturan. Bahkan kiper pun terkadang ikut maju. Tidak ada tendangan pojok karena kami tidak mengenalnya. Jika bola keluar di sisi gawang, sekalipun pemain terakhir adalah pemilik daerah tersebut, tetap saja menjadi bola mati bagi kiper. Juga jarang terjadi lemparan ke dalam karena ada tembok pembatas sehingga bola tidak keluar. Kecuali bola keluar ke jalan di mana kendaraan berlalu lalang, atau terlalu melebar jauh dari posisi gawang, baru terjadi lemparan ke dalam. Situasinya sedang sangat bagus bagiku. Aku sudah mencetak 4 gol dan timku memimpin dengan kedudukan sudah 7-4. Namun, itulah awal dari mimpi burukku. Ketika bola keluar terlalu jauh dan tersangkut di semak-semak, aku terlalu bersemangat berlari mengambil bola. Dan ketika aku melangkahkan kaki ke dalam semak, aku langsung berteriak. Aku terkena pecahan mangkok yang dibuang di semak-semak, siapa pun orang yang melakukannya, kuharap ia akan mengalami apa yang kurasakan. Darah mengalir dengan deras dari telapak kakiku. Seorang teman dengan sigap berlari ke rumahku dan memanggil ibuku. Tak lama kemudian, kakiku di balut kain bekas kaos, kemudian dengan naik becak ibu membawaku ke rumah sakit. ****** Aku menyalahkan diri sendiri secara terus menerus karena nilai ujian nasionalku jelek, kendati pun tetap lulus. Dan pada akhirnya, aku mulai membenci sepak bola. Sejak pulang dari rumah sakit, aku jadi sering sakit demam. Itu membuatku jarang masuk sekolah, padahal saat itu hampir ujian. Bahkan ketika ujian berlangsung, kakiku masih nyeri dan tidak bisa berkonsentrasi. Bapak memarahiku habis-habisan, “Sudah tahu mau ujian malah bermain terus. Sudah begitu, sampai kena beling dan sakit-sakitan.” Dan rentetan kemarahan lain ketika kutunjukkan nilai ujianku. Sejak saat itu, aku tidak lagi bermain bola. Beberapa teman di kampungku mencoba memaksaku ikut bermain bola, tetapi aku tetap teguh pada pendirianku. Anak SMP dan SMA biasanya bermain di lapangan yang sesungguhnya tak jauh dari kampung secara rutin, meski ada beberapa aturan yang dilanggar, tetapi sudah mirip pemain bola pro. Dan aku tidak pernah ikut berpartisipasi. Ketika berkumpul seusai maghrib di pos desa, tiba-tiba ada yang bercanda menyebutku “bencong” karena tidak mau bermain bola. Mereka tidak pernah tahu kebencianku dengan sepak bola sehingga aku tidak peduli ejekan mereka pada awalnya. Namun, intensitas ejekan semakin menjadi dan aku merasa bagai alu sesudah menumbuk dicampakkan. Aku pun sedikit demi sedikit menghindar dan pada akhirnya tidak lagi bergaul dengan anak-anak di kampungku. Di sekolah, hal yang sama terjadi. Bukan hal yang aneh, di kelas ada anak dari kampungku. Dan ketika jam olahraga, ketika aku menolak untuk ikut bermain, mantan teman sekampungku mulai mengataiku dan diikuti anak-anak yang lain. Sejak saat itu, aku jadi pendiam dan lebih suka membaca buku atau belajar pelajaran dari sekolah. Dan siapa mengira, gara-gara aku diledek habis-habisan karena tidak mau bermain bola, aku menjadi giat belajar. Ketika hasil ujian kelas 3 SMP diumumkan, aku mendapat posisi 5 besar dari seluruh siswa. Meski aku tidak heran karena 3 tahun terakhir aku selalu mendapat peringkat 3 besar di kelas. Semua karena aku benci sepak bola dan tidak punya banyak teman. TAMAT.
Translationsin context of "PENGALAMAN BERMAIN SEPAK BOLA" in indonesian-english. HERE are many translated example sentences containing "PENGALAMAN BERMAIN SEPAK BOLA" - indonesian-english translations and search engine for indonesian translations.

Kisahan Pendek Karya Thomas Sunlie Alexander Pelan nan enggak objektif, perkenalan awal Aswin. Bek kanan nan tangguh, tapi mudah terpancing emosi. Ia tidak membenarkan, tak juga menyangkal. Anak komidi p versus kembali sering mengeluh seandainya bertanding di lapangan sepak bola kampungnya itu. Kesebelasan nan mendapat giliran menempati sisi lapangan yang landai teradat berjuang lebih keras. Bola bakal bergulir kian gelap dan lawan menyerbu seperti banjir. Setiap kali bola datang, Aswadi kiper timnya, terpontang-panting mengendalikan gawang. Sebaliknya, betapa sulitnya menggiring si kulit bundar ke kusen sebelah. Usianya kala itu baru belasan tahun. Mereka patungan menyablon kaus. Biru pendar seperti seragam Les Bleus, tim kebangsaan Prancis. Ia kebagian nomor punggung tujuh. Gelandang kiri. Sebetulnya ia lebih demen bermain sebagai agresor dan buruk perut yakin dia anak komidi haus gol. Serangan-serangannya drastis, menusuk langsung ke jantung pertahanan lawan. Semata-mata, Bang Amran berkeras anda harus main di sayap. “Tendanganmu invalid akurat, tapi umpan-umpanmu bagus!” kata kakak iparnya yang menjadi pelatih kesebelasan kampungnya itu. Tak ada gunanya berbantah. Toh, anda berbuat tugas-tugasnya dengan baik. Bola berputar deras dari kakinya. Umpan demi umpan dengan gemilang disorongkannya. Ferdiansyah dan Fuad selalu mewah memanfaatkan umpan-umpannya dengan pas baik. Berkali-siapa mereka menjuarai turnamen 17 Agustusan dan bertelur merebut Camat Cup dua tahun berturut-turut. Bahkan sekali menjadi runner-up Trofi Bupati. Tetapi, justru di kejuaraan memperebutkan trofi Kepala Desa mereka koteng, di kandang sendiri, kesebelasannya mesti tertendang di fragmen eliminasi! Ya, tidak kali ia melupakan pertandingan itu kendati telah sangat bertahun-periode. Bersesakan, nyaris tergencet, di antara ribuan calon penonton yang gembar-gembor murka, bayangan waktu lalu itu menjangkit dalam kepalanya, begitu juga tayangan ulang di layar televisi. Digenggamnya dempang-intim tangan Riko, anaknya yang plonco 10 musim, agar enggak ikut terjerat arus massa yang kian kehilangan ketabahan. Enggak suka-suka lagi antrean. Terjadi dorong-menunda, ubah sikut. “Holid turuun! Holid turuuunn…!” suara kemarahan itu berkemandang di langit siang yang musykil. Ia mencoba membawa Riko menepi. Namun itu lagi tak hal mudah. Oh, betapa paras-roman lelah yang tampak beringas di sekelilingnya ketika ini serta-merta mengenangkannya plong turunan-turunan kampungnya seorang, nan tiba-tiba sekadar jadi pemberang tatkala berdiri di pinggir lapangan sebagai suporter sore itu. Sebatas sekarang, kamu selalu berpikir waktu itu lalu awal mereka datang ke pelan. Para pemirsa pula bertandang terlalu prematur. Pertandingan akan dilangsungkan pemukul catur sore, tapi jam dua warga kampungnya yang menjadi suporter telah mencurah ruah di pinggir alun-alun. Begitu bisingnya. Para cowok berseru-seru dan mencura bersanggit. Kaum ibu dan anak asuh-anak lain kalah gaduhnya. Tak terlazim tiket, tapi bandar judi berkeliaran, kupon-kupon ceria diam-sengap diedarkan berusul tangan ke tangan. Tukang bakso, penjual kacang rendang, tukang es, delman nasi goreng, dan penjaja mainan momongan-anak turut meramaikan suasana di luar lapangan. “Kami sudah kehabisan dana!” teriak Pak Burdin, bos panitia penyelenggara, seperti kebakaran godek ketika warga memprotes minimnya akomodasi di tanah lapang. Mikrofon soak dengan suara cempleng, kayu kredit nan secukupnya, dan alun-alun jelas tak dibenahi dengan semestinya. Penduduk semata-mata bisa bersungut-sungut. Betapa suasana menjelang pertandingan yang panas itu seolah masih dapat dia rasakan. Telinga mereka sampai terasa pekak oleh suara teriakan. Maklum, kendati merupakan laga pertama kesebelasannya dalam turnamen, pasangan yang akan dihadapi tahun itu adalah kampung tetangga yang menjadi musuh turun-temurun selama bertahun-masa. Andeng-andeng, enggak ada alasan menyalahkan pelan jelek atas kekalahan. Sira tahu itu, semua teman-temannya tahu. Malah bermain di kandang sendiri, di hadapan orang-orang kampung nan menginjak-tiba menganggap bola kaki seumpama fragmen berpokok untung-untungan gengsi mereka. Di tanah lapang buruk itu, skuat yang lebih dulu menempati papan berumput deras tentu tak menyia-nyiakan kesempatan mencetak angka sebanyak kelihatannya. Dan lazimnya memang hampir selalu keluar sebagai pemenang. Maka detik wasit melemparkan koin Rp100, ia pun berdoa dengan sungguh-bukan main agar Pudin tak pelecok memilih gambar gunungan wayang. Doa itu tersalurkan. Mereka bersorak kegirangan saat melihat sisi koin yang terbuka di jejak kaki tangan wasit, seakan-akan sebuah gol plonco saja tercipta. Wajar belaka jika suara cemooh dari suporter n antipoda sekali lagi terdengar begitu Aswadi berdiri di muka tiang pilihan. Suasana menegang karena para pemuda kampung mereka mengembari cemooh itu dengan berangasan. Kelihatan faktual rasa cemas di wajah orang-cucu adam yang menjadi petugas keamanan. Apalagi lapangan itu cuma dipagari tiga utas tali tambang. Tapi kedudukan tetap belaka berubah bintang sartan 2-3. Jeritan pendukung lawan bergemuruh keras. Engkau terhenyak. Panasnya pertandingan itu menciptakan menjadikan fisik mereka seperti meleleh, bukan sekali lagi mampu disejukkan maka dari itu gerimis yang berangkat menetes satu per lantas menggelembung. Hingga memasuki menit ke 74, suatu gol kembali menjebol gawang Aswadi. Kali ini dari titik penalti! Menciptakan menjadikan takhta jadi timbang 3-3. Kesenangan suporter lawan meledak. Menyusul saling ejek dan buang-lemparan yang enggak terhindarkan. Botol minuman, rajangan tiang, dan godaan mulai melayang. Lalu, bencana itu datang! Anda berdiri di sana, ia ingat, di pojok kiri gawangnya sendiri. Semua pemain turun membantu pertahanan. Bahkan Ferdi tak pernah juga menaiki menerobos sengkang lapangan sejak gol penalti antitesis tercipta. Ooh, bagaimana mungkin bisa ia lupakan serbuan yang datang begitu bertubi-tubi itu, membuat mereka nyaris kocar-kacir. Ya, seolah-olah baru kemarin peristiwa itu berlanjut. Jelas sekali n domestik ingatannya bola itu hinggap dari depan, menggelinding harfiah ke tengah gawang. Aswadi tersungkur di luar kotak penalti selepas berjumpalitan menghambat dua letusan senjata api berantai Salim. Aswin berusaha menyapu bola namun luput. Sahaja dirinya, suatu-satunya insan yang boleh menghentikan laju bola itu, menyelamatkan gawang mereka mulai sejak kebobolan. Tetapi entah sudah predestinasi, alias amung-ain kesialan. Ah, malapetaka itu seperti diputar ulang n domestik benaknya Kakinya terpeleset oleh licinnya mulut gawang. Ia kehilangan keseimbangan tepat di saat ujung sepatu kanannya menyentuh bola! Demikianlah. Berlawanan dengan kehendaknya menendang bola jauh-jauh ke asing alun-alun, si kulit bulat justru terpelanting persisten ke sudut kanan papan. Tanpa ampun serempak merobek net! Keributan pecah di luar lapangan. Sorak-sorai suporter lawan seketika teredam makanya teriakan-laung marah. Sebagian penonton bubar berhamburan. Polisi dan petugas keamanan sama sekali tak berdaya ketika dengan beringas para pemuda kampungnya merangsek ke arah suporter lawan. Sebagian menyerbu masuk ke dalam lapangan. Belum juga senggang ia beranjak kumat, ia merasa putaran birit kepalanya dihantam benda keras. Bagaimana siapa dia melupakan pertandingan itu? Kepalanya nan mendapatkan pukulan batang kayu harus mengakui panca setik dan diperban makin dari seminggu. Tak ikatan diketahui barangkali pemukulnya, terlebih malam harinya rumahnya senggang dilempari orang bukan dikenal. Itulah terakhir kalinya kamu bertindak bola. Karena dua minggu berselang, sahaja tiga waktu setelah kamu menyepakati ijazah miskram SMA-nya, ayahnya memanggilnya selepas magrib. “Paman Hanif menanyakanmu,” prolog ayahnya ketika itu, sambil menatapnya keruh. “Ada salam dari bibimu,” ibunya menambahkan. Perempuan itu memperhatikan perban di kepalanya dengan sedih. Sira ingat, bagaimana engkau saja bisa tertunduk di sisi meja ruang perdua. “Kau ingin syarah?” soal sang ayah kemudian. Engkau saja mengangguk kecil. Sejak itu, kakinya tak pernah lagi menjejak bola. Tak pernah sekalipun ia datang ke lapangan alias stadion. Ai, kalau bukan karena Riko merengek terus-menerus sehingga membuat istrinya sewot, takkan pernah dia menginjakkan kaki di stadion ini, pikirnya getir. Sungguhpun dia adv pernah, anak semata wayangnya sangatlah menaksir bola kaki. Suasana di depan stadion osean itu semakin tegang, semakin panas. Langit siang seakan turut mengepal. * Yogyakarta, 2022 *** Akan halnya Pengarang Thomas Sunlie Alexander lahir pada 7 Juni 1977 di Belinyu, Pulau Bangka. Ia menggambar cerpen, puisi, esai, suara sastra, ulasan seni rupa, dan gubahan sepakbola di berbagai ragam alat angkut nan terbit di Indonesia, serta sewaktu-waktu mengerjakan terjemahan. Pusat puisinya yang berjudul Sisik Ular Pangkat diterbitkan secara adv minim maka itu Halaman Indonesia 2014. Taktik cerpennya yang telah bermula ialah Lilin lebah Buta Yin Gama Ki alat, 2009 dan Madu Dewa Pendiangan Ladang Pustaka & Serokan Wreda, 2022. Sementara itu, novel karya Mo Yan, The Garlic Ballads Balada Dasun Ceria yang diterjemahkannya akan segera diterbitkan. Cerpen “Kenangan Plong Sebuah Pertandingan” ini sendiri merupakan cerpen yang kembali mengingatkan kita, bahwa di balik sisi indah sepakbola, terserah beberapa hal-peristiwa getir dan ingatan yang menyesakkan yang selalu menolak untuk dilupakan. Seperti halnya narasi Moacir Barbosa, sepakbola kadang bisa menjadi kutukan yang begitu jahat bakal beberapa pihak, menorehkan tinta hitam yang akan sulit buat dilupakan, justru oleh waktu sekalipun. Cerpen ini permulaan kali diterbitkan makanya surat kabar Media Indonesia sreg 5 Juli 2022. Sendang lukisan

Darisepak bola aku mendapat dua pengalaman, yaitu sebagai penikmat sepak bola dan berkesempatan untuk memainkan bola. Saat menjadi penikmat aku sering menonton pertandingan baik live di Stadion maupun televisi, selain di Stadion aku juga sering menonton di lapangan-lapangan kampung.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sepak bola, sebagai salah satu olahraga yang paling banyak dimainkan juga digemari di Indonesia, menjadi alternatif kegiatan di kala waktu senggang bagi banyak kalangan, khususnya anak-anak, pada sore hari. Tak terkecuali saya dengan teman-teman yang lain. Pada masanya, kami gemar sekali bermain sepak bola sepuasnya, sesukanya, tanpa mengenal waktu bermain. Pagi, siang, sore, bahkan malam hari pun tidak sepak bola menjadi olahraga favorit kami bersama sedari dulu. Rasanya, tidak repot dan tidak membutuhkan sesuatu yang mahal jika ingin bermain sepak bola. Cukup membeli bola plastik di warung terdekat pun sudah bisa bermain. Jika ingin bermain dengan bola bliter bola karet, kami biasa membelinya terlebih dulu di toko olahraga yang berada di kota dengan cara patungan sukarela. Uang yang sudah terkumpul sekira 50 ribu pun sudah lebih dari kata cukup untuk membeli bola bliter dengan kualitas paripurna. Ilustrasi anak-anak bermain sepak bola Vinivee via Kaskus Saya bersama dengan teman-teman yang lain biasa bermain bola di lapangan dekat rumah tanpa menggunakan sepatu. Soal gawang? Biasanya lebar gawang kami hitung manual dengan langkah kaki yang sudah disepakati. Bagaimana soal tinggi gawang? Ah, tinggal dikira-kira saja. Soal jumlah pemain dalam satu tim pun tidak perlu 11 orang, karena keterbatasan luas lapangan. Jadi, lebih kepada disesuaikan dengan banyaknya orang yang ada dan ingin bermain. Bagi kami, yang penting sama-sama bergembira dalam olahraga. Melepas penat setelah seharian belajar di sekolah. Sewaktu SMP sampai dengan SMA, sekira tahun 2003-2009, kami belum begitu terkontaminasi oleh handphone. Jadi, selama berkumpul juga bermain sepak bola tentu tidak akan terdistraksi oleh notifikasi yang kami berkumpul setelah azan ashar. Ada yang sambil mengobrol, membeli jajanan yang lewat, atau sekadar oper-operan bola dan pemanasan sebelum benar-benar bermain. Bahkan, saat sudah bermain pun ada saja yang melipir ke pinggir lapangan untuk membeli jajanan favorit atau membeli pop ice di warung sekitar lapangan karena haus. Ya, namanya juga bermain secara bebas. Tidak ada formalitas dalam hal peraturan, apalagi penggunaan semua bermain dengan suka cita tanpa terbebani harus jago seperti Cristiano Ronaldo, atau lincah dan penuh talenta seperti Lionel Messi juga Neymar. Asal lari, dapat mengoper, juga menendang semua melebur jadi satu. Tak jarang pula kami tertawa terbahak-bahak dan menghentikan pertandingan jika ada seorang kawan yang jatuh karena terpeleset atau melakukan hal yang menyebalkan seperti melorotkan atau menarik bermain sepak bola kala itu, kami semua tidak pernah mengenal waktu. Tidak ada pula batas akhir kapan harus selesai bermain. Hanya ada dua penanda akhir pertandingan; pertama, karena sudah capek, kedua berkumandangnya azan maghrib. Tak jarang pula bapak-bapak di sekitar lapangan yang menegur secara langsung untuk menghentikan pertandingan dan sebaiknya pulang ke rumah agar dapat segera bersiap melaksanakan solat maghrib. Kini, kami semua sudah beranjak dewasa dan disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Ada yang kuliah, ada pula yang bekerja. Sudah hampir sekira 6-7 tahun tidak ada lagi keceriaan yang hadir di lapangan setiap sore sampai menjelang maghrib. Kegiatan berkumpul, berbincang, dan bermain sepak bola sudah terganti dengan kecanggihan teknologi dalam satu genggaman disertai kemunculan banyak game yang dianggap jauh lebih menyadari bahwa, masa saya bersama teman-teman seangkatan lain sudah habis, untuk bermain dan berbagi keceriaan di lapangan setiap sore. Memang, ada alternatif lain seperti menyewa lapangan futsal untuk sekadar mengolah si kulit bundar bersama dengan yang lain. Hal itu terbilang sering kami lakukan. Namun, tentu rasa juga sensasinya lain. Dan kami sama-sama menyadari, tidak akan pernah bisa kembali ke masa yang biasa digunakan untuk bermain bola, saat ini sudah dimaksimalkan dan terganti dengan taman bermain anak. Keceriaan pun berganti. Paling tidak, hal tersebut jauh lebih baik karena generasi baru masih disediakan tempat untuk bermain. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
\n\ncerpen pengalaman bermain sepak bola
qwqXf4v.
  • jhrcax823y.pages.dev/201
  • jhrcax823y.pages.dev/169
  • jhrcax823y.pages.dev/316
  • jhrcax823y.pages.dev/139
  • jhrcax823y.pages.dev/348
  • jhrcax823y.pages.dev/204
  • jhrcax823y.pages.dev/293
  • jhrcax823y.pages.dev/49
  • jhrcax823y.pages.dev/302
  • cerpen pengalaman bermain sepak bola